Tampilkan postingan dengan label Tasawuf - Allah di Mata sufi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tasawuf - Allah di Mata sufi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Oktober 2012

(94) Asma al-Husna : Al-Nuur



(94) Al-Nuur (Yang Maha Pemberi / Pemilik Cahaya)




Al-Nuur adalah nama dari nama-nama-Nya Swt yang disebutkan dalam al-Qur’an:

“Allahu nuuru al-samaawaati wa al-ardhi”.

Artinya:  “Allah adalah (Pemberi) nuur (cahaya) bagi langit dan bumi” (QS. al-Nuur [24]: 35).

Arti “memberi cahaya langit dan bumi”, dapat pula diartikan memberi hidayah kepada ahlinya (penghuni langit dan bumi). Dia menyandang nama al-Nuur, karena Nuur itu berasal dari-Nya. Sudah menjadi tradisi orang Arab memberi nama kepada sesuatu merujuk asal-usulnya. Sehingga bisa dipahami, bahwa dari-Nya segala cahaya dari ufuk ke ufuk, dari seluruh benda langit dan bumi, bintang-bintang, dan tubuh-tubuh manusia disebabkan bekas-bekas ibadat yang dilakukan itu memberi cahaya pada hati. Karena itu, ketaatan seorang hamba bagaikan hiasan jiwa dan bayangan indah, sedang makrifat itu menjadi hiasan hati dan roh.

Allah Azza wa Jalla memberi tambahan berganda ke dalam hati seorang mukmin “cahaya di atas cahaya”, serta dikuatkan dengan bantuan-Nya berupa nuur burhaan (cahaya pembuktian), kemudian ditambah lagi dengan nuur irfaan (makrifat). Sebagaimana firman-Nya: “Cahaya di atas cahaya; Allah menuntun pada cahaya-Nya siapa saja yang Dia kehendaki” (QS. al-Nuur [24]: 35)

Allah Jalla Jalaluhu memberi hidayah pada hati dengan nuur-Nya mengarah pada kebaikan budi pekerti, agar sang hamba mengutamakan al-Haq yang benar dan meninggalkan yang batil. Dalam sebuah Hadis disebutkan:

Sesungguhnya Allah menyukai ketinggian budi pekerti dan membenci pada kebejatan akhlak.

Ketinggian budi pekerti adalah kewaspadaan diri agar tidak menghambakan diri  kepada selain Allah dan memandang kecil kadar dunia ini serta menggalakkan kedermawanan atas setiap orang. Karena Allah mencintai setiap hamba-Nya yang dermawan dan pemurah.

Allah Swt mewahyukan kepada Nabi Musa as.: “Jangan engkau bunuh Samiri itu, karena ia seorang dermawan”.

Dikatakan pemurah, karena memberi kepada orang yang tidak mengenal padamu; dan assu’dad (keluhuran budi) adalah engkau merenungkan nasib seseorang, tetapi orang itu tidak merenungkan keadaanmu.

<===  To Be Continued  ===>

(92) Asma al-Husni : Al-Dhaar ; (93) Asma al-Husni : Al-Nafii’




(92) Al-Dhaar (Yang Memberi Derita) ; (93) Al-Nafii’ (Yang Memberi Manfaat)

 Dua nama ini merupakan isyarat pada Tauhid, yang berarti tiadalah seorang hamba tertimpa mudarat atau manfaat, tidak pula kebaikan atau kejahatan melainkan dengan masyi’ah (kehendak) dan iraadat (kemauan) diiringi qadha (ketentuan) dan qudrat (kekuasaan)-Nya.

Maka, barangsiapa yang berserah diri kepada hukum-Nya, niscaya akan hidup dalam ketenangan, sedangkan mereka yang enggan akan jauh ke dalam kebinasaan dan kehancuran.

Patut diketahui, bahwa yang pertama kali ditulis oleh Allah Azza wa Jalla dalam Lawh Mahfuuzh adalah:

Aku-lah Allah, tiada Tuhan selain-Ku, siapa yang tidak menyerahkan dirinya pada ketentuan-Ku, dan tidak bersabar atas ujian-Ku, dan tidak bersyukur atas segala nikmat-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain-Ku.

Ingatlah baik-baik! Orang yang tidak rela dengan ketentuan Allah, maka tiada obat bagi kebodohannya.

Barangsiapa yang sudah mengenal ketunggalan Maula-Nya dengan ijaad (mewujudkan), dan keesaan-Nya dalam ikhtiraa (pencipta kepandaian baru), niscaya ia akan menyerahkan segala urusan diri kepada-Nya; maka kehidupannya pun dalam ketenangan dan ketenteraman bersama makhluk-makhluk lain dan bersikap saling menasehati kepada setiap orang, dan sekali-kali tidak akan menyimpan dalam hati tipu muslihat dan pengkhianatan kepada orang lain.

Tidak akan timbul dalam hati seorang hamba rasa kasih sayang kepada sesamanya, melainkan apabila Allah Swt mengasihi pada dirinya. Allah berfirman yang ditujukan kepada Nabi-Nya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berlaku lemah lembuut terhadap mereka” (QS. Ali Imran [3]: 159).

Begitu juga sabda junjungan kita Nabi Muhammad saw:
Orang-orang yang bersifat kasih sayang dikasihi oleh Yang Maha Pengasih.

Pernah terjadi atas diri al-Hasan ra.; sarungnya dicuri orang, ia memikirkan dengan duduk sambil menangis, orang pun bertanya dan ia menjawab: “Yang kutangisi disebabkan ada seorang Muslim yang akan ditimpa siksa besok disebabkan aku”. Lalu ia berdoa: “Ya Allah! Ampunilah dia”.

<===  To Be Continued  ===>

(91) Asma al-Husni : Al-Maani’





(91) Al-Maani’ (Yang Maha Mencegah)

 Al-Maani’ sebagai sifat-Nya Swt berarti pencegahan musibah terhadap wali-Nya; atau juga pencegahan pemberian kepada orang yang dikehendaki secara mutlak (keseluruhan).

Jika Allah Swt mencegah tibanya bencana kepada para wali-Nya, itu adalah suatu kelembutan-Nya kepada wali-Nya. Dan, ini merupakan karunia yang paling besar.

Dihikayatkan, pernah terjadi pada Nabi Musa as., ia berkata: “Ilahi! Sesungguhnya aku ini sedang lapar”. Allah Swt menjawab dengan wahyu-Nya: “Hai Musa! Sesungguhnya Aku ini Mengetahui”.

Allah memberikan dunia ini kepada orang yang disukai atau yang tidak disukai, tetapi Allah tidak memelihara hati seorang hamba dari mukhaalafat (perbuatan yang melanggar), kecuali kepada para khawaash dari golongan wali-Nya.

<===  To Be Continued  ===>

(89) Asma al-Husna : Al-Ghaniy ; (90) Asma al-Husna :Al-Mughni




(89) Al-Ghaniy (Yang Maha Kaya) ; (90) Al-Mughni (Pemberi Kekayaan)

 
Al-Mughnii adalah yang memberikan kekayaan kepada hamba-hamba-Nya, dapat juga diartikan yang memberi kecukupan. Allah memberi kekayaan kepada hamba-hamba-Nya tidak sama antara satu dengan yang lain. Karena hajat-hajat pada hakikatnya berasal dari-Nya, sehingga makhluk tidak memiliki manfaat dan penderitaan untuk dirinya. Lalu bagaimana ia dapat membuat orang lain mengalami yang demikian? Kalau makhluk bergantung kepada makhluk, bisa diibaratkan sebagai orang yang terpenjara menggantungkan nasibnya kepada orang yang dipenjara.

Barangsiapa yung memohon kebutuhannya kepada Allah Swt, namun kemudian berpaling dan mengarahkan permohonannya kepada selain Allah, niscaya ia akan dicoba dengan selalu berhajat kepada makhluk, lalu Allah mencabut rahmat-Nya dari hati mereka.

Tidak demikian halnya dengan mereka yang selalu memohon kepada Allah, lalu setelah itu tetap saja memohon kepada Allah atas segala hajat kebutuhannya, maka akan dikayakan oleh Allah, dan diberi rezeki dari arah yang tidak terduga dan tibanya tanpa ditunggu-tunggu.

Kekayaan yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya ada dua jenis; pertama, kekayaan yang dapat tumbuh (jumlah hartanya semakin besar), itulah kekayaan yang diberikan kepada para awam yang merupakan kekayaan majazi. Kedua, kekayaan yang murni, bersih, dan jernih; inilah kekayaan hakiki, karena kebutuhan dan hajat para makhluk ini pada himmah (cita-cita tinggi) lebih utama daripada hajat pada sesuap makanan (harta).

<===  To Be Continued  ===>

(87) Asma al-Husna : Al-Muqsith ; (88) Asma al-Husna : Al-Jaami’





(87) Al-Muqsith (Yang Maha Adil)


 
(88) Al-Jaami’ (Yang Maha Penghimpun)

 Al-Muqsith adalah Yang Maha Adil, dalam bahasa dikatakan Aqsatha apabila berlaku adil, dan Qasatha bila berlaku aniaya. Adil dalam sifat Allah Swt memberi arti, bahwa semua af’al-Nya adalah baik.

Al-Jaami’ sebagai sifat Allah Swt diartikan sebagai al-Haasyir (yang menghimpun para makhluk) dan al-Naasyir (yang menghidupkan orang telah mati) pada Hari Kiamat nanti, menerima pahala dan siksa. Di hari itu, daging satu dengan  lainnya yang sudah bercerai-berai akan dikumpulkan, jangat yang sudah terkupas dan terpisah-pisah akan ditautkan, tulang-belulang yang rapuh berserakan akan dirakit. Dialah yang menghimpun antara yang setaraf dan serupa, yang berlainan dan berlawanan, segala benda dan tumbuhan, hewan-hewan dikembalikan dalam bentuk aslinya, warna, rasa, bau, dan guna serta akibat buruk perbuatan-perbuatannya, perangai dan budi pekertinya, tidak mampu rasanya memperinci seteliti-telitinya sepanjang masa dan usia ( saya cukup di sini).

Firman Allah Swt:

Maha Sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik (QS. al-Mu’minuun [23]: 14).

Dalam sebuah hadis diberitakan: “Segala hewan liar maupun jinak akan dibangkitkan kelak di Hari Kiamat. Semuanya bersujud kepada Allah Swt dengan sujud  yang sangat mengharukan. Kemudian malaikat berkata kepada hewan-hewan itu: “Hari ini bukanlah hari untuk bersujud, tetapi hari “pahala dan siksa” dan kalian dibangkitkan untuk menyaksikan aib yang dilakukan Bani Adam”; hewan-hewan itu menjawab: “Kami sedang bersujud syukur,  karena kami tidak dijadikan sejenis Bani Adam”.

Andaikata seseorang memiliki pahala sebanyak pahala tujuh puluh Nabi, tetapi ia mempunyai lawan yang menuntut satu daniq (mata uang perak), tidaklah orang itu dapat masuk surga sebelum penuntut itu merelakan.Andaikata lawan itu menuntut  tujuh ratus salat yang dikabulkan sebagai ganti satu daniq, itu pun tuntutan yang layak dan wajar bagi si penuntut.

Sebagaimana halnya seseorang yang berlaku aniaya mengharap rahmat Allah dan seorang yang teraniaya juga mengharapkan rahmat Allah. Persoalan yang dialami dua manusia ini adalah keharusan baginya untuk menerima terlebih dahulu hukum balasan yang setimpal. Baru setelah itu Allah Swt berkenan memberikan rahmat-Nya.

“Hukum balasan yang setimpal” suatu keharusan, jangan sampai nanti ada yang beranggapan bahwa Allah Swt merahmati orang yang berbuat aniaya dan tidak merahmati orang yang teraniaya, Maha Suci Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana dari tindakan yang demikian.

Dialah yang menghimpun hati para wali-Nya guna menyaksikan takdir-Nya, agar mereka terlepas dari sebab-akibat yang membawa al-Tafriqah (perpecahan dan perselisihan). Dengan demikian, menjadi baiklah penghidupan mereka, karena baginya sudah lenyap peranan perantara. Dan tidaklah pandangan mereka tertuju pada kejadian-kejadian, melainkan pada mata takdir yang  ketentuannya berada di tangan al-Haq. Mereka merasakan kenikmatan, karena mereka mengetahui anugerah itu dari Allah Swt. Sedang kalau yang diterima itu malapetaka, mereka pun mengetahui bahwa Allah Swt saja yang dapat melenyapkan.

 <===  To Be Continued  ===>

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...