Rabu, 10 Oktober 2012

(95) Asma al-Husna : Al-Haadii




(95) Al-Haadii (Yang Maha Pemberi Petunjuk)
  
Al-Hidaayah dalam bahasa adalah al-Imaalah (yang membuat condong).Dari Hidayah menjadi Hadiah berarti membuat hati yang menerima hadiah itu supaya condong pada pemberi hadiah, atau mencondongkan milik seorang menjadi milik orang lain.

Hidayah itu adalah kecondongan hati pada kebenaran, dapat pula diartikan “yang menonjol”, sebagaimana batang leher (unuq) adalah anggota badan yang paling menonjol dari anggota-anggota yang lain.

Sebagai sifat Allah Swt, maka al-Haadii berarti yang menonjolkan “ahli kebaikan” ke martabat yang layak untuk dicapai. Allah Swt memberi hidayah kepada hamba-Nya meliputi makrifat dengan kebaikan perkenalan, juga memberi petunjuk akan keindahan budi pekerti, dan ketinggian akhlak dalam menghadapi segala keadaan dan persoalan dengan kemuliaan penghormatan. Allah berfirman: “Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), lalu diilhami dengan kefasikan serta ketakwaan” (QS. al-Syams [91] : 7-8).

Pemberian hidayah pada keindahan budi merupakan cabang hidayah kepada makrifat al-Haq, karena sebagaimana diketahui bahwa agama itu mempunyai dua arah; pertama berlaku benar terhadap Allah Swt, dan kedua, berbudi luhur terhadap sesama makhluk.

Disebut “keindahan budi”, itu manakala seseorang dapat membujuk dirinya akan seseatu yang dibenci dengan bersikap lapang dada, senyum manis, tertawa, dan tidak merasakan bahwa apa yang dibenci itu menjadi ganggauan bagi dirinya.

Dipesankan, agar janganlah engkau meninggalkan bekas dalam hati sanubarimu terhadap dua peristiwa. Rasulullah saw bersabda: “Berbahagialah orang yang berada di malam hari sebagai seseorang yang melakukan ibadah haji dan di pagi harinya sebagai pejuang”. Lalu sahabat menanyakan: “Siapa gerangan orang yang demikian itu, wahai Rasulullah?” Dijawab oleh Rasulullah: “Siapa saja yang keluarganya bertambah banyak dan tangannya bertambah sempit (keadaannya serba kekurangan), berbudi pekerti indah terhadap keluarga, masuk ke rumah dengan wajah tersenyum dan keluar dengan tersenyum pula…Akulah dari mereka itu dan mereka dari golonganku, dan itulah para haji yang menjadi pejuang di jalan Allah”.

Al-Fudhail ibn Iyadh berkata: “Andaikan aku dikawani oleh seorang yang fasik tetapi indah budi pekertinya, lebih aku sukai daripada aku dikawani oleh seorang abid yang buruk budi pekertinya”.

Rasulullah saw bersabda:

“Budi luhur itu merupakan kalung keridhaan Allah yang diikatkan pada leher dengan kukuh, untaiannya dari rahmat-Nya terikat kukuh dalam lingkaran pintu surga, ke mana saja budi itu dibawa, kesudahannya ke surga juga. Budi yang buruk juga merupakan kalung, tetapi kalung kemurkaan Allah yang dililitkan di batang leher dengan ikatan yang kukuh, rantainya dari siksa yang melingkar di pintu neraka, ke mana juga perginya pekerti buruk itu kesudahannya ke neraka juga”.

 <===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...