Rabu, 10 Oktober 2012

(71) Asma al-Husna : Al-Shamad





(71) Al-Shamad (Yang Maha Dibutuhkan)

 Adapun makna dari al-Shamad adalah al-Baaqii, artinya yang kekal, yang tiada akan lenyap. Sementara al-Daa’im adalah yang kekal terus-menerus, yang tidak diberi makan untuk selama-lamanya, yang tidak membutuhkan sokongan, rongga maupun lambung. Penisbatan Dia sebagai al-Shamad berarti Dia adalah tujuan segala hajat, karena hanya Dia yang dibutuhkan. Ditambahkan, dalam al-Shamad juga tercakup al-Sayyid artinya pada-Nya kesudahan segala kekuasaan dan kemuliaan.

Setelah mengenal bahwa Dia adalah Tuhan al-Daa’im, niscaya orang itu akan memandang dunia ini dengan jalan zuhud; apa pun benda-benda atau sesuatu yang ada di dunia ini yang benar-benar tidak bermanfaat, bahkan yang halal sekalipun, berusaha ia lepaskan. Ia tidak mau tergantung atau terikat kepada mereka. Karena ia hanya ingin mengikatkan dirinya kepada-Nya.

Para hukama berkata: “Andaikan dunia ini dari emas, tetapi akan fana; dan akhirat itu dari tembikar, tetapi kekal. Maka bagi orang yang berakal pasti tidak menginginkan emas dan intan yang fana itu, melainkan akan memilih yang kekal walaupun dari tembikar”.

Lalu bagaimana mengetahui kenyataan bahwa dunia ini dan segala sesuatu yang berada di atasnya, pada hakikatnya adalah tanah dan debu yang akan fana?

Dikisahkan, ada seorang yang sedang menggali tanah di sudut rumahnya yang baru saja dibeli, tanpa disengaja ia menemukan kendi berisi emas. Kemudian ia datang ke tempat penjual rumah dan mengatakan: “Saya membeli rumah  Anda dan bukan membeli emas, maka kendi ini saya serahkan kepada Anda”. Kata si penjual rumah: “Saya menjual rumah termasuk apa yang ada di dalamnya, jadi emas ini milik Anda”. Karena tidak mencapai kata sepakat, keduanya lalu datang kepada seorang hakim. Oleh hakim tadi, keduanya ditanya apakah Anda mempunyai anak yang sudah dewasa? Si pembeli menjawab: “Anakku laki-laki”. Si penjual menjawab: “Anakku perempuan”. Hakim pun berkata: “Nah! Kalau begitu kawinkan saja anak kalian, dan kendi itu berikan padanya untuk nafkah”. Inilah gambaran mereka yang memandang bahwa dunia dan seisinya bukanlah segala-galanya.

Berikut ini peristiwa lain. Ada dua orang saling bertengkar mengenai sebidang tanah. Dengan takdir Allah, batu merah yang terdapat di dinding tembok di atas tanah itu saling berbicara. Yang satu berkata: “Tahukah Anda, bahwa diriku ini asal mulanya dari seorang raja yang berkuasa di dunia ini selama seribu tahun, lalu aku pun mati dan tulang belulangku hancur berserakan selama seribu tahun. Tanah liat yang bercampur dengan tulang belulangku ini dijadikan barang dari tembikar, kemudian tembikar itu pun pecah, dan aku tinggal selama seribu tahun. Setelah itu aku diambil kembali dan dijadikan batu bata, dan inilah keadaanku sekarang ini”.

Dua orang yang bertengkar itu pun terdiam mendengar percakapan batu bata itu, dan akhirnya keduanya menyadari, sehingga berakhirlah pertengkaran itu.

Ketahuilah saudaraku! Allah tidak makan, bahkan Dia memberi makan. Maka setiap manusia yang mengejar-ngejar rezeki, hendaknya hanya kepada-Nya saja menggantungkan diri dan bertawakal dalam segala hal. Jangan menuduh buruk terhadap rezeki-Nya, dan juga jangan meremehkan mereka yang meminta bantuan.

Tidak ada satu pun yang dapat menyamai-Nya baik dalam penciptaan maupun rezeki. Jika Anda sudah mengerti ini: tidak dibenarkan Anda mengharapkan apa-apa yang diinginkan kepada sesamanya.

Siapa yang telah mengenal bahwa hanya kepada-Nya manusia ber-shamad untuk segala keperluan dan hajatnya, niscaya hanya kepada-Nya saja melaporkan segala kebutuhan; mengajukan segala keperluan kepada-Nya; menggantungkan harapan dan cita-cita hanya kepada-Nya; merendahkan diri hanya kepada-Nya.

Rombongan para sufi berziarah ke makam Rasulullah saw dan memanjatkan doa:

Tuhanku!... Bila Engkau menganugerahi pada kami ampunan, niscaya Engkau senangkan hati Nabi-Mu ini.Tetapi apabila tidak, senang dan bahagialah hati musuhmu (syaitan) dengan kemalangan kami. Jauh sekali, wahai Tuhan! Jika kepada-Mu memilih penolakan yang menggembirakan musuh-Mu atas kesenangan wali-Mu.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...