(65) Al-Hayyu (Yang Maha Hidup) ; (66)
Al-Qayyuum ( Yang Berdiri
Sendiri)
Allah Swt adalah Yang Maha Tetap Hidup, hidup-Nya merupakan
sifat zat-Nya. Dan tiada fana atau kehancuran bagi-Nya.
Al-Qayyuum melebihi sebutan al-Qaaim (yang
berdiri mengurus) terhadap berbagai urusan, pekerjaan dan titah-perintah yang
berlaku di alam semesta ini.
Siapa yang mengetahui bahwa Dia-lah Yang Maha Hidup tanpa
dikenal kematian, tiadalah orang itu menyandarkan dirinya kepada makhluk.
Karena orang yang bersandar dan menyerahkan dirinya kepada makhluk akan
diketahui kelak pada waktu tiba kefanaan. Makhluk tersebut saat diperlukan,
tidak akan berbuat apa-apa, bahkan ia akan berlepas tangan.
Ada
seorang berkata: “Kawanku telah mati, meskipun aku sering menangisinya, ia
tidak juga kembali!” Lawan bicaranya menyahut: “Kesalahan ini adalah
kesalahanmu sendiri, mengapa engkau mencari kawan yang dapat mati? Mengapa
tidak mencintai Yang Maha Hidup, yang tidak disentuh kematian; tentulah engkau
menjadi seorang yang kaya yang tidak lagi berhajat pada tangisan”.
Orang lain berpendapat: “Sebenarnya dunia dan kematian itu
tidak berarti apa-apa!” Kawannya menjelaskan: “Yang dimaksud, sampainya seorang
hamba kepada Tuhan tergantung oleh kematian, maka kematian itu adalah
kenikmatan”. Lanjutnya: “Barulah sekarang aku mengerti, kalau kematian itu
sebenarnya jembatan yang menyampaikan kekasih pada Kekasih”.
Alamat seseorang rindu kepada Allah adalah mereka selalu
merindukan kematian atas permadani sehat.
Tokoh-tokoh sufi sependapat bahwa barang berharga di dunia
ini, baik sekarang maupun yang akan datang adalah lebih sedikit di sisi Allah
dari satu tabinah (sebatang jerami) di sisi sultan. Siapa yang mengharapkan
sebatang jerami dari seorang sultan berarti kemauan keras dirinya telah susut mengecil.
<=== To Be Continued ===>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar