Rabu, 10 Oktober 2012

(63) Asma al-Husna : Al-Muhyii ; (64) Asma al-Husna :Al-Mumiit






(63) Al-Muhyii (Yang Maha Menghidupkan)

(64) Al-Mumiit (Yang Maha Mematikan)

  Melaui asma-asma-Nya, jelas sekali bahwa hakikat pencipta hidup dan mati adalah Allah Swt. Tidak ada selain-Nya yang dapat melakukan hal demikian.

Para sufi mengatakan bahwa “menghidupkan dan mematikan” adalah dua hal yang dapat diibaratkan ‘suka-cita dan duka-cita” atau “karunia dan petaka” secara metaforis dan perluasan (makna).

Ahli hakikat sependapat bahwa “siapa yang datang menuju kepada al-Haq, niscaya dihidupkan oleh-Nya; dan siapa yang berpaling niscaya dimatikan”. Mereka pun bersyair:

Bila Engkau kuingat, matilah aku,
setelah itu aku hidup kembali.
Berulang kali halku demikian
berapa kali kematianku,
dan berapa kali kehidupanku.

Para Syekh memberi wejangan: “Barangsiapa fana demi untuk Allah, niscaya ia hidup walaupun binasa; dan siapa yang hidup dalam pelanggaran maka sebenarnya ia mati sekalipun bernafas”. Syair di bawah ini mereka ulang-ulangi:

Tidaklah orang yang mati itu istirahat
 sebab kematiannya.
Sungguh! Kematian itu adalah
matinya yang hidup.

Sehingga dikatakan orang: “Telah mati suatu kaum, sedangkan mereka di tengah-tengah masyarakat adalah orang-orang yang hidup (yakni mereka mendapat sebutan yang baik)”.

Allah Swt berfirman dalam kitab suci-Nya:

Janganlah kamu mengira, bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup (QS. Ali Imran [3]: 169).

Golongan sufi berpendapat: “Islam itu adalah gelanggang penyembelihan jiwa dengan pedang mujaahadah, dan iman itu merupakan penggerak hati dengan cahaya kepekaan”. Dari ucapan mereka ini, mereka berpendirian: “Tidak dibenarkan orang yang mendengarkan bunyi tabuhan dan menyanyi, kecuali mereka yang nafsunya sudah mati, sedang hatinya tetap hidup”.

Tanda mereka yang sudah mati nafsunya ialah lenyapnya kebejatan dan jatuhnya syahwat; ketekunan terhadap hak Allah dan apa yang berada di sisinya. Mencari ridha Allah dan jauh dari angan-angan kosong. Hamba yang demikian ini, laksana hidup bersama Allah, berakhlak atau budi luhur dengan-Nya; selalu dalam kebenaran, dan sikapnya terhadap sesama makhluk adalah futuwah (murah hati). Dengan pribadi demikian, tidaklah si hamba menyalahi perintah-perintah Allah dan dengan “kemurahan hati” tidaklah si hamba bertengkar dengan sesamanya dalam setiap keperluan dan maksud.

Note:
Mujaahadah adalah perjuangan dan upaya spiritual melawan hawa nafsu dan berbagai kecenderungan jiwa rendah (nafs). Ditambahkan mujaahadah adalah perang terus-menerus yang disebut Perang Suc Besar (al-jihaad alakbar). Perang ini menggunakan berbagai senjata samawi berupa mengingat Allah (dzikrullaah). Mereka yang sudah matang dalam menepuh Jalan Spiritual, mereka yang mengenal Allah (aarifin), mengatakan bahwa mujaahadah adalah permainan kanak-kanak! Pekerjaan orang-orang dewasa sesungguhnya adalah Pengetahuan Ilahi (ma’rifah). – penerj.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...