Rabu, 10 Oktober 2012

(61) Asma al-Husna : Al-Mubdi’u ; (62) Asma al-Husna : Al-Mu’iid





(61) Al-Mubdi’u (Yang Maha Memulai)

 
(62) Al-Mu’iid (Yang Maha Mengembalikan)

Al-Mubdi’u artinya yang pertama-tama menciptakan. Allah yang menyandang asma ini berarti Dia yang membuat sesuatu menjadi nyata dengan penciptaan, pembentukan, dan pemeliharaan.

Al-Mu’iid artinya mengembalikan, yang mengulangi kembali setelah lenyap, yang membuat lagi sebagaimana mula pertama. Allah Swt adalah al-Mubdiu, berarti Dialah yang: [1] menciptakan makhluk dari tiada menjadi ada; [2] mengembalikan mereka dengan kebangkitan (nusyuur). Menghidupkan kembali makhluk-makhluk-Nya yang telah mati pada Hari Kiamat nanti.

Menjadi kebiasaan makhluk, bahwa yang bersikap mengabaikan tentu akan diabaikan orang. Lalu bagaimana dengan sikap al-Khaaliq? Bagi-Nya, siapa yang selalu mengajukan permohonan kepada-Nya, Dia pun akan semakin cinta dan pemberian-Nya pun akan selalu bertambah.

Dari keindahan karunia-Nya, bahwasannya ia mengulangi kembali hari-hari yang telah berlalu dan waktu-waktu yang telah silam, sebagaimana disebutkan dalam madah penyair:

Walaupun bekas telah kabur terhapus,
Masa silam telah rabun dalam penglihatan;
Tidak demikian dengan rinduku padamu
Jelas terukir: tak akan mudah terhapus
Tiadalah aku putus dari harapan padamu
Semoga Allah menghimpun kamu kembali
Itulah masa dahulu yang sebaik-baiknya dalam kehidupan
Masa mesra saling bersanding dalam iringan kecapi abadi.

Di pihak lain, ada yang berpendapat bahwa waktu itu tidak berulang kembali. Maka siapa yang sudah diluputkan dari waktu, tidak ada lagi kesempatan yang dapat menyampaikan lagi padanya. Mereka lalu bersyair:

Lorong yang kujalani sudah jauh berlalu
Licin dibasahi air mata atau kering sebab tawa
Kurindukan kuharapkan tetap hanya kenangan
Maka tiadalah kemurnian hari dapat kembali

Telah dikisahkan bahwa tangisan Nabi Dawud as. makin menjadi-jadi, maka Allah menegur dengan wahyu-Nya: “Hai Dawud, mengapa tangismu makin menjadi-jadi? Kalau api neraka yang engkau takuti, Aku menjamin keamananmu! Kalau surga yang engkau harapkan, Aku yang akan menyampaikan; kalau dikarenakan kata-kata lawanmu, Aku telah merelakan!” Dengan teguran Allah Swt, bukan tambah reda tangisnya, tetapi malah semakin keras dengan diiringi ucapan: “Akan hal diriku, ya Allah, yang kutangiskan adalah luputnya kejernihan waktu yang telah lalu,… kalau kiranya berkenan bagi-Mu ya Allah, sudi kiranya Engkau kembalikan kejernihan masa lalu padaku!” Allah berfirman: “Permintaanmu sangatlah jauh hai Dawud, tiada jalan untuk mengembalikan masa yang telah lewat!”

Mengharapkan berulangnya kembali waktu merupakan hal yang tidak dapat dicapai. Saat-saat penyesalan dan keluhan dari kesempatan waktu yang lampau, lebih sempurna dari waktu-waktu itu sendiri.

Karena itulah Nabi Musa as. berkata: “Ya Ilahi! Di mana aku bisa menemui-Mu?” Firman Allah: “Di sisi mereka yang patah hati demi Aku”.


<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...