Rabu, 10 Oktober 2012

(59) Asmaal-Husna: Al-Hamiid





(59) Al-Hamiid (Yang Maha Terpuji)

Dia adalah Mahmuud (yang terpuji), dengan pujian-Nya terhadap diri-Nya, dan dengan pujian makhluk kepada-Nya. Dia adalah Haamid, berarti Dia memuji dirinya sendiri dan memuji hamba-hamba-Nya yang mukmin.

Kata al-Hamdu dalam bahasa berarti pujian, dan dapat pula berarti syukur dan rela. Allah mengatakan: “Aku telah mencoba manusia setelah itu Aku puji”, yakni ‘setelah Aku mengujinya dan Aku pun rela padanya’. Maka kata ‘alhamdu li llaah” [segala puji bagi Allah] merupakan kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada-Nya, karena dengan tujuan.

Puji hamba kepada Tuhan tidak dapat diterima, kecuali dengan tahaqquq (tetap, sebenar-benarnya, terang, dan meyakinkan). Tahaqquq adalah makrifat hati terhadap yang dipuja dan dipuji. Allah Swt melarang seorang hamba mengucapkan kata sifat-Nya sedang si hamba tidak mengetahui artinya, sekalipun ucapan itu benar. Allah Swt berfirman:

Dan engkau mengatakan atas Allah hal-hal yang engkau sendiri tidak mengetahui ( QS. al-Baqarah [2]: 169).

Pujian hamba artinya bersyukur kepada-Nya. si hamba menyaksikan yang memberi kenikmatan kepada dirinya, dan bukan menyaksikan pada kenikmatan itu sendiri.

Nabi Dawud bermunajat: “Ilahi, bagaimana daku bersyukur kepada-Mu? Sedangkan syukurku kepada-Mu adalah kenikmatan dari-Mu atas diriku”. Maka Allah berfirman: “Sekarang ini barulah engkau telah bersyukur kepada-Ku!”

Betapa banyak hamba yang menyangka, bahwa dirinya berada dalam kenikmatan yang wajib atau patut disyukuri, sedangkan sebenarnya merupakan cobaan yang harus disabari.



<===  To Be Continued  ===>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...