(59) Al-Hamiid (Yang Maha Terpuji)
Dia adalah Mahmuud (yang terpuji), dengan pujian-Nya
terhadap diri-Nya, dan dengan pujian makhluk kepada-Nya. Dia adalah Haamid,
berarti Dia memuji dirinya sendiri dan memuji hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Kata al-Hamdu dalam bahasa berarti pujian, dan dapat pula
berarti syukur dan rela. Allah mengatakan: “Aku telah mencoba manusia setelah
itu Aku puji”, yakni ‘setelah Aku mengujinya dan Aku pun rela padanya’. Maka
kata ‘alhamdu li llaah” [segala puji bagi Allah] merupakan kata-kata yang tepat
untuk disampaikan kepada-Nya, karena dengan tujuan.
Puji hamba kepada Tuhan tidak dapat diterima, kecuali dengan
tahaqquq (tetap, sebenar-benarnya, terang, dan meyakinkan). Tahaqquq adalah makrifat hati terhadap
yang dipuja dan dipuji. Allah Swt melarang seorang hamba mengucapkan kata
sifat-Nya sedang si hamba tidak mengetahui artinya, sekalipun ucapan itu benar.
Allah Swt berfirman:
Dan engkau mengatakan atas Allah hal-hal yang engkau
sendiri tidak mengetahui ( QS. al-Baqarah [2]: 169).
Pujian hamba artinya bersyukur kepada-Nya. si hamba
menyaksikan yang memberi kenikmatan kepada dirinya, dan bukan menyaksikan pada
kenikmatan itu sendiri.
Nabi Dawud bermunajat: “Ilahi, bagaimana daku bersyukur
kepada-Mu? Sedangkan syukurku kepada-Mu adalah kenikmatan dari-Mu atas diriku”.
Maka Allah berfirman: “Sekarang ini barulah engkau telah bersyukur kepada-Ku!”
Betapa banyak hamba yang menyangka, bahwa dirinya berada
dalam kenikmatan yang wajib atau patut disyukuri, sedangkan sebenarnya merupakan
cobaan yang harus disabari.
<=== To Be Continued ===>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar