(58) Al-Waliy (Yang Maha Melindungi)
Al-Wali bermakna Dia yang mengurusi hal-ihwal
hamba-hamba-Nya dan amal perbuatan mereka. Al-Wali dapat pula diartikan al-Naashir
(Penolong atau Pembantu). Sering kita dengar orang mengatakan: “Ia menjadi wali
si fulan”, artinya ia adalah penolong si fulan. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Wa ma kaa na lahum min duunnillah min auliyaa”
Artinya: “Dan sekali-kali tidak ada bagi mereka awliyaa
penolong selain Allah” (QS. Hud [11]: 20).
Dalam ayat lain disebutkan:
“Nahnu auliyaa-ukum fi al-hayaati al-dunya”
Artinya: “Kamilah pelindung-pelindung kamu dalam
kehidupan dunia” (QS. Fushshilat [4]: 31).
Kata awliyaa dalam dua ayat di atas bermakna Anshaarukum
(Penolong-penolong kalian).
Al-Wali dapat menjadi sifat seorang hamba dengan syarat ia
harus tekun dan taat. Seseorang dinamakan auliya’ Allah apabila ia menolong
agama Allah dan menjadi pengikut yang taat. Menjadi sebutan al-Wilayah dengan
arti al-Mahabbah (kecintaan). Firman Allah:
“Wa Allahu waliy al-mu’miniin”
Artinya: “Dan Allah adalah wali bagi orang-orang yang
beriman” (QS. Ali ‘Imran [3]: 68).
Maksudnya: Allah mencintai mereka (orang-orang beriman).
Para arif berkata bahwa
Allah Swt memberitahukan kepada kita, bahwa Nabi Yusuf as. mengucapkan:
Engkaulah wali bagiku di dunia dan di akhirat (QS.
Yusuf [12]: 101).
Allah Swt telah mengetahui, bahwa dalam umat Muhammad
terdapat orang-orang yang lemah, yang tidak mampu menahan diri dari perbuatan
dosa dan mereka pun tidak berani berdoa, maka Allah Swt telah menyatakan kepada
mereka tentang kebaikan karunia-Nya. firman-Nya:
Kami adalah Auliya kamu (QS. Fushshilat [41]: 31).
Betapa jauh perbedaan ucapan seorang hamba yang mengatakan:
“Engkau wali bagiku” dengan ucapan Allah Swt kepada seorang hamba: “Aku-lah
wali bagimu”. Ketahuilah, bahwa sifat Ubudiyah (kehambaan) bagi seorang hamba
adalah nisbi ( tidak asli), sedang wilayah Allah Swt bersifat “pertama”. Yan
nisbi itu sekali-kali belumlah “menjadi sesuatu” (lam yakun/tiada
wujudnya). Apa yang dari al-Haq Swt “senantiasa ada” (lam yazal).
Alangkah baiknya bagi anda, kalau senantiasa: “tetap ada” daripada “belum
menjadi sesuatu”.
Tanda seseorang yang menjadikan al-Haq sebagai walinya ialah
hamba tersebut dijaga dan dibantu oleh-Nya dari segala yang terkandung dalam
hati selama hidupnya dan disampaikan segala yang diharapkan oleh
isyarat-isyaratnya dan menyegerakan hajat-hajat yang berada di dalam lintasan
hatinya.
Seorang syekh menceritakan pengalamannya; “Pada suatu hari
saya datang menjumpai Zun Nun al-Mishi, ia menanyakan padaku: “Apa kata orang
mengenai diriku?” Kujawab: “Anda dikatakan seorang zindiq (orang kafir yang
berpura-pura beriman).” Kata Zun Nun: “Tak apa-apa kalau hanya itu saja yang
dikatakan mereka, asal jangan dikatakan Yahudi! Sebab kata Yahudi lebih menggusarkan
hati banyak orang.’ Baru saja beberapa langkah dari kediaman ia, orang-orang
ramai membicarakan kalau Zun Nun al-Mishri adalah Yahudi, kembali lagi aku
memberitahukan kepada ia dan kukatakan: “Sekarang baru aku yakin kalau Anda
dikatakan Yahudi”. Ia mendengar sambil
tersenyum: Tidak lama orang-orang pun akan melaporkan hal tersebut kepada
Sultan, dan Sultan segera mengeluarkan perintah penangkapan.
Petugas yang hendak melakukan penangkapan datang ke negeri
Zun Nun dengan menggunakan perahu. Zun Nun dengan tenang menantikan kedatangan
petugas di tepi pantai. Dan setiap kali Zun Nun menggerakkan bibirnya, ombak
pun datang seakan-akan hendak menenggelamkan perahu itu. Sesampainya di pantai
bukan penangkapan yang dilakukan, melainkan para petugas mohon maaf kepada ia
sambil menyatakan penyesalannya.
“Siapa yang enggan membalas siksa demi dirinya, Allah-lah
yang melakukan penyiksaan, dan siapa yang tidak berusaha memperoleh kemenangan
demi untuk dirinya, Allah-lah yang akan memenangkan dirinya”.
Orang yang menjadikan Allah sebagai walinya, kekekalan
taufiq dan hidayah kepada hamba tersebut, hingga kalaulah si hamba melakukan
kedurhakaan atau bermaksud hendak melanggar larangan, maka Allah mengayomi
dengan mencegah dari perbuatan itu. Demikian pula bila si hamba condong hendak
mengurangi ketaatannya, tidaklah mudah melakukannya, bahkan taufiq dan hidayah
akan bertambah dengan tibanya pertolongan dan kekuatan dari-Nya.
<=== To Be Continued ===>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar