(55) Al-Wakiil (Yang Maha Memiliki /
Pemelihara)
Al-Wakiil adalah Dia yang dapat diserahi suatu
urusan. Siapa yang sudah mengenal-Nya, niscaya akan menyerahkan semua urusan
kepada-Nya. Dialah yang mengurusi hal-ihwal hamba-hamba-Nya. Dialah yang
membuat tindakan dan Dia pula yang mengadakan pilihan. Apabila suatu persoalan
ditangani oleh-Nya, maka hamba itu pun dipelihara dan dicukupi dari segala
pekerjaan dan kebutuhan.
Karena itu, seorang hamba harus tahu diri. Ia tidak sekedar
menyampaikan hajat kebutuhannya, dan berharap cepat-cepat memperolehnya. Namun
yang paling penting dari itu adalah menyerahkan segala-Nya pada kebijakan-Nya.
Sehingga di antara tanda-tanda Tauhid itu adalah ia menempatkan dirinya di atas
permadani tawakal.
Dikisahkan mengenai Ahmad ibn Khadrawaih ketika menjelang
ajalnya ia masih menanggung utang sebanyak 70.000 dirham. Dan di sekeliling ia
berkumpul orang-orang yang hendak menagih utang mereka. Lalu ia berdoa: “Ya
Ilahi! Ruhku tergadai di tangan-tangan mereka, bila Engkau menghendaki ruhku,
sudilah kiranya Engkau lunasi hak-hak mereka!” Tiba-tiba pintu diketuk dan
masuklah orang yang tidak dikenal, lalu dia berkata: “Wahai, penagih utang
keluarlah kalian dari bilik ini”. Wafatlah Ahmad ibn Khadhrawaih.
Ketahuilah, barangsiapa yang menjadikan seorang makhluk
sebagai wakil untuk dirinya, pastilah wakil itu menuntut gaji. Namun tidak
jarang banyak yang berkhianat, baik dalam harta maupun pekerjaan; atau
seharusnya hal-hal bersifat privasi dirahasiakan, tetapi tidak jarang
dibeberkan di depan publik.
Tetapi sangat berbeda jika Anda menjadikan Allah sebagai
wakil. Dia tidak saja akan menjaga dan memelihara Anda dengan baik. Lebih dari
Anda akan menerima pahala dan yang dicita-citakan pasti akan tercapai. Dia akan
bertindak lemah-lembut dalam hal-hal yang serba rumit, yang tidak dapat
diselesaikan oleh Anda.
Barangsiapa yang menjadikan Rabbul ‘Alamin sebagai wakil
dirinya, maka ia pun hendaknya mewakili-Nya. Kecuali mengenai
kewajiban-kewajiban yang sudah lazim dilakukan olehnya. Si hamba harus bergulat
melawan dirinya, baik siang maupun malam, tanpa pernah merasa letih sedikit
pun, sebagaimana bunyi syair di bawah ini:
Engkaulah pengawas atas diriku,
Yang bermukim dalam jantung hatiku
Ketika kuinginkan keringanan: itu mustahil
Yang kutemui kesukaran dan kepayahan.
<=== To Be Continued ===>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar