Rabu, 10 Oktober 2012

(53) Asma al-Husna: Al-Syahiid




(53) Al-Syahiid (Sang Saksi Utama)

Al-Syahiid dapat juga berarti al-‘Aliim (Yang Maha Mengetahui) sebagaimana dalam firman-Nya:

“Syahidallah”

Artinya: “Allah  menyaksikan” (QS. Ali Imran [3]: 18).

Maksudnya, Allah mengetahui dengan penyaksian.

Al-Syahiid juga berarti yang hadir. Berkaitan dengan Allah, kehadiran itu berarti ilmu-Nya, penyaksian-Nya dan qudrat-Nya. Al-Syahiid adalah mubalaghah dari al-Syaahid. Pada Hari Kiamat kelak Allah Swt. Sebagai al-Syaahid (saksi) atas semua makhluk, firman-Nya:

“Qul ayyu syai’in akbaru syahaadatan qulillaah”

Artinya: Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah: “Allah” (QS. al-‘An’am [6]: 19).

Dengan demikian, al-Syahiid itu uga berarti al-Masyhuud (yang menyaksikan), maka seakan-akan hamba menyaksikan-Nya. Al-Syaahid dan al-Syahiid termasuk sifat-Nya, yang menunjukkan segala dalil dan menjelaskan segala alasan.

Seorang yang menyaksikan dapat dikatakan saksi karena dapat menerangkan dan menjelaskan. Bila Allah Swt adalah Syahiid yang mengetahui segala amal perbuatan hamba-Nya dan melihat apa yang mereka lakukan, maka sudah pasti Allah Swt pada Hari Kiamat nanti bertindak sebagai saksi atas diri mereka. Karena itu Dia berfirman: “Dan bersabarlah dalam menunggu keputusan Tuhanmu, karena sesungguhnya kamu selalu dalam penglihatan Kami” (QS. al-Thur [52]: 48)

Dikisahkan, suatu ketika ada seorang yang didera dengan cambuk, sedang ia tetap sabar dan tidak ada keluhan sedikit pun keluar dari mulutnya. Orang-orang berkerumun, dan di antaranya ada seorang syekh bertanya, “Apakah ketika Anda didera tidak merasakan sakit?” Ia menjawab, “Tentu saja tidak!” Si Syekh bertanya lagi, “Mengapa Anda tidak menjerit?” Dengan tenang dan mantap ia menjawab, “Bagaimana aku akan menjerit, sementara di antara yang hadir ada yang kucintai dan mengawasiku; kalau saja aku menjerit, tentu aku kehilangan mukaku di sisi-Nya”.

Dari kisah di atas, siapa yang mengklaim cinta kepada Allah Swt dan tidak bersabar atas gigitan nyamuk atau semut – Simbol penderitaan; dapatkah dibenarkan pengakuan cintanya itu?

Bagi ahli makrifat, tidak akan pernah menuntut hiburan selain dari-Nya, tidak pula meminta sesuatu selain pada-Nya, seperti diungkapkan dalam bait-bait syair berikut:


Engkau! Gembira dan dukaku
Dengan-Mu, aku berbincang di kepekatan malam
Kala aku berkata, ucapanku hanya Engkau
Kala aku diam,
Engkaulah tali yang tersembunyi dalam hatiku.

Mereka yang menyadari bahwa Dia menyaksikan gerak-gerik hamba-Nya akan timbul kesadaran dalam dirinya sendiri untuk senantiasa melakukan sesuatu yang bisa dipertanggungjawabkan, baik kepada sesama manusia maupun kepada Allah Swt kelak. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur sebagai manifestasi dari firman-Nya, “Janganlah kamu menyembunyikan persaksian” (QS. al-Baqarah [2]: 283); sehingga ia berusaha sekuat  mungkin untuk menegakkan kebenaran; Hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah (QS. al-Thalaq [65]: 2).


<===  To Be Continued  ===>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...