(50) Al-Hakiim (Yang Maha Bijaksana)
Kebijaksanaan Allah Swt adalah kebijaksanaan yang arah dan
tujuannya tidak diketahui oleh siapa pun kecuali oleh Dia sendiri. Adakalanya
suatu kaum memperoleh kebahagiaan semasa hidupnya tanpa sebab yang
mendahuluinya; adakalanya pula kaum tertentu memperoleh celaka sepanjang
hidupnya tanpa sebab apa pun. Untuk membahas dua persoalan ini, pena penulis
tidak sanggup untuk menguraiakannya.
Namun yang harus digarisbawahi, bahwa nasib kedua golongan
di atas berkaitan dengan ilmu-Nya yang Qadiim, yang terdapat dalam cinta
kasih Allah Swt kepada para Mukmin dan cinta kasih para mukmin kepada-Nya.
sesuai dengan ayat berikut:
Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya
(QS. al-Ma’idah [5]: 54).
Dalam ayat lain dijelaskan:
Dan mereka beriman lebih tinggi cintanya kepada Allah (QS.
al-Baqarah [2]: 165).
Serta ayat berikut ini:
Sesungguhnya mereka yang beriman dan melakukan amal
saleh, kelak Allah Yang Maha Pengasih akan mengaruniai mereka cinta kasih
(QS. Maryam [19]: 96).
Maksudnya, bahwa Allah akan menciptakan dalam hati hamba-Nya
rasa kecintaan kepada-Nya, sedang kecintaan Allah Swt kepada sang hamba berupa rahmat dan
karunia-Nya, atau berupa pujian dan sanjungan. Bila yang diberikan itu berupa
rahmat, pujian atau sanjungan, maka merupakan dari sifat Zat, bila diberikan itu
berupa karunia atau ihsan, maka itu adalah sifat perbuatan.
Kecintaan seorang hamba kepada Allah berupa ketaatan dan
kepatuhan terhadap perintah-Nya, pengagungan atau timbul rasa takut dalam hati
kepada-Nya. Para ahli hakikat bersepakat,
bahwa setiap kecintaan yang dikarenakan memandang pada pemberian ganti
oleh-Nya, itu adalah kecintaan yang ada sebab, atau cinta pamrih. Adapun cinta
yang sebenar-benarnya cinta, adalah bersih dari segala maksud dan tujuan.
<=== To Be Continued ===>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar