Selasa, 02 Oktober 2012

(46) Asma al-Husna: Al-Kariim

Asma al-Husna: Al-Kariim


 
(46) Al-Kariim (Yang Maha Mulia / Maha Dermawan)


Menurut ahl al-haq (ahli kebenaran), bahwa al-Kariim merupakan sifat zat Allah Swt. Dia senantiasa Kariim, yang berarti nafi (peniadaan) bagi-Nya sifat rendah dan hina. Orang Arab memberi nama bagi sesuatu yang baik, penting dan bernilai dengan kata Kariim.


Dalam al-Qur’an disebutkan:

Pahala yang mulia (yang baik, penting dan berharga) (QS. al-Ahzaab [33] : 44).

Juga firman-Nya:

Rezeki yang mulia (penting, baik, dan berharga) (QS. al-Ahzab [33] : 31)

Penafian atau peniadaan sifat rendah dan hina bagi-Nya, sesuai dengan kebesaran-Nya (Jalaal). Dia diatributi al-Kariim, karena banyak perbuatan-Nya yang baik, pemberian-Nya yang tidak terhitung, dan ihsan-Nya yang tidak terhingga.

Menurut al-Junaid, Dia diatributi al-Kariim karena “bagi hamba yang ingin membutuhkan-Nya, tidak perlu melalui perantara sebagai penghubung kepada-Nya”. Ditambahkan oleh al-Harist al-Muhasibi, “Diatributi al-Kariim karena Dia tidak pernah mempedulikan atau mempertimbangkan kepada siapa pemberian itu diberikan”.

Menurut isyarat Qurani, al-Kariim dapat diartikan “tidak peduli” atau “tidak mempertimbangkan” sebagaimana firman-Nya:
“Maka ketika istrinya membukakan rahasia kepada yang lain (Aisyah), Allah memberitahukan hal ini kepada Nabi; maka Nabi pun memberitahu sebagian dan menyembunyikan sebagian yang lain” (QS. al-Tahriim [66]:3).

Abu Ali al-Daqqaq berkata: “Al-Kariim ialah apabila Dia memberi ampun kepada seorang hamba, maka Dia mengampuni hamba-hamba yang berbuat dosa sejenis hamba itu, dan mengampuni pula kepada hamba-hamba yang setaraf dengan hamba tadi serta para pendurhaka secara mutlak. Jika kata ini disandang hamba, maka al-Kariim berarti tidak pernah mengajukan hajat kebutuhannya kepada selain Allah Swt; juga bisa diartikan tidak memulangkan dengan tangan hampa pengharapan orang yang berhajat dan berkeinginan kepadanya”.

Tambahan, al-Kariim bagi manusia, berarti tidak menghilangkan orang yang bertawasul dan tidak menyia-nyiakan orang yang berlindung kepadanya; dan memelihara dengan baik hak para pelayannya bila mereka telah wafat.

Dan al-Kariim bagi manusia dapat pula diartikan, apabila seseorang melakukan kesalahan, maka dialah membei maaf; bila seseorang meninggalkannya, maka dia yang menghubungi. Kalau engkau sakit, dia pun menjenguk; kalau engkau baru tiba dari bepergian maka dialah yang mengunjungimu; kalau engkau menderita miskin, maka dia dan harta kekayaannya yang berbuat baik; bila engkau mempunyai hajat, maka dia yang menegur dirinya: “Mengapa tidak cepat-cepat engkau melaksanakan, sebelum apa yang menjadi kebutuhannya diminta”.

Orang Arab menamakan pohon dan buah anggur dengan al-Kariim, nama ini sudah menjadi kebiasaan lisan mereka. Nama Kariim untuk anggur ini, disebabkan kehalusan pohon itu, kualitas buahnya, mudah dipetik tanpa bantuan tangga dan tiada duri di tepi-tepinya, sebagaimana pohon kurma. Sampai-sampai ada larangan dari Rasulullah saw. Menyebut anggur dengan “Karam”, sebagaimana hadis di bawah ini:

Jangan kalian namakan pohon anggur dengan sebutan al-Karam, karena seorang Mukmin itu lebih utama dan lebih layak mendapat sebutan itu karena padanya budi pekerti yang luhur.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...