Kamis, 12 Juli 2012

(42) Asma al-Husna : al-Hasiib ; (43) Asma al-Husna : al-Kaafii


Asma al-Husna : al-Hasiib ;  Asma al-Husna : al-Kaafii






(42) al-Hasiib (Yang Memperhitungkan) ; (43) al-Kaafii (Yang Mencukupi)

Pencukupan Allah bagi hamba-Nya adalah bahwa Dia mencukupi dalam segala keadaan urusan hamba-hamba-Nya. Dalam kondisi tertentu – sesuai dengan pengetahuan-Nya – terjadi penangguhan pemenuhan keinginan si hamba. Ini merupakan wujud pemeliharaan-Nya. Karena Allah tahu persis tingkat kebaikan dan keburukan sesuatu itu bagi hamba-Nya.

Bila si hamba telah mengetahui bahwa Dia adalah Yang Maha Pemberi Kebutuhan, maka sekali-kali si hamba tidak diperkenankan mengajukan kebutuhannya kepada selain-Nya. Karena Dia akan segera merespons hamba-hamba yang secara total berhenti di hadapan-Nya dan menyerahkan semua hal-ihwal dirinya kepada-Nya. Apalagi jika hajat atau kebutuhan itu berkaitan dengan hak Allah Swt. Namun harus diingat baik-baik, hajat itu bisa Dia tangguhkan pelaksanaannya, jika tingkat kepentingannya tidak terlalu mendesak.

Bagi hamba pilihan, keputusan penangguhan tidak akan membuatnya bersedih. Karena ia percaya in toto (secara bulat-bulat) bahwa apa yang diperuntukkan bagi dirinya tidak akan luput darinya, sekalipun yang berada di sekelilingnya berpaling atau meninggalkan; dan yang tidak diperuntukkan baginya sekali-kali tidak akan sampai kepadanya, sekalipun mereka mendatangi.

Kalau sikap terakhir ini dipegang secara konsisten oleh si hamba, maka dalam waktu singkat Allah Maula-nya akan meridhainya dan menjadikannya sebagai hamba pilihan-Nya. Namun, si hamba akan memilih “ketiadaan” daripada “ada”, dan memilih “kefakiran” daripada “kekayaan”, karena ia sudah merasakan kebahagiaan-kebahagiaan dengan keadaannya sekarang. Sebaliknya, bagi para pemburu harta, mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan kerja keras untuk memperoleh kesenangan dan memenuhi segala keinginan yang selalu didambakannya.

Barangsiapa yang sudah mengetahui bahwa Allah Swt akan membuat perhitungan padanya; dan mengetahui bahwa di samping perhitungan itu ada pula tuntutan – baik yang besar maupun yang kecil, yang remeh sampai yang sebesar partikel – maka selayaknyalah bagi si hamba memperhitungkan dirinya sendiri, sebelum diperhitungkan. Dan menuntut pada hati nuraninya untuk segera menunaikan hak Allah Swt sebelum dirinya dituntut.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...