Kamis, 12 Juli 2012

(40) Asma al-Husna : al-Muqiit ; (41) Asma al-Husna : al-Muqtadir


Asma al-Husna : al-Muqiit ; Asma al-Husna : al-Muqtadir





(40) al-Muqiit  (Yang Memberi Kekuatan) ; 


 
(41) al-Muqtadir (Yang Maha Kuasa)

Al-Muqiit juga dikatakan al-Hafiizh, artinya memelihara atau menjaga, dan berarti yang memberi makan (dari kata Qatahu dan Aqatahu). Seperti disebutkan dalam hadis Nabi saw:

Cukup kiranya seseorang mendapat dosa bila ia melalaikan orang yang biasa diberi makan (man yaquut); dan ada riwayat lain yang menyebutkan (man yaqiit).

Allah Swt menjadikan jenis makanan dan minuman para hamba-Nya berlainan satu sama lain, dan berlainan pula sifat-sifatnya. Semua jenis makanan dan minuman jelas tidak sama untuk keturunan Adam dengan hewan. Allah juga menetapkan bahwa makanan para malaikat adalah ketaatan dan tasbih; sedangkan makanan ruh-ruh adalah ma’ani  (makna), makrifat dan akal.

Melalui akal, tercipta ketertiban dan keindahan. Berkenaan dengan hal ini, sebuah kisah tentang malaikat Jibril yang mendatangi Adam seraya berkata: “Kali ini kedatanganku membawa tiga perkara, pilihlah salah satu dri ketiganya”. Jawab Adam: “Apakah tiga perkara itu, wahai Jibril?” Pertama; akal, kedua; agama, dan ketiga; malu”. Nabi Adam pun memilih “Pilihanku adalah akal”. Lalu Jibril berkata pada agama dan malu: “Pergilah kamu berdua, karena Adam telah memilih akal”. Keduanya lalu menjawab: “Kami berdua mendapat perintah untuk mendampingi akal di mana saja ia berada”.

Dapat dikatakan bahwa tiadalah Allah Swt, menciptakan sesuatu yang lebih mulia dari akal dan tidak perbandingan yang lebih indah dan lebih sempurna bagi orang yang memperolehnya.

Perlu kiranya Anda mengetahui bahwa apabila Allah berkenan menyibukkan seorang hamba berlaku taat kepada-Nya, maka Allah menakdirkan orang lain condong untuk berkhidmat kepada hamba tadi. Dan, apabila Allah berkenan menyibukkan seorang hamba, yang hanya tahu mengikuti keinginan syahwatnya dan berhasil atas segala yang dicita-citakan, maka hamba tadi diserahkan pada “daya dan kekuatan dirinya”. Tengoklah Nabi Adam! Bagaimana ia didudukkan, ia berada di tempat yang terpelihara dan dicukupi segala-galanya, kediamannya di surga-Nya, lalu Allah berfirman:

“Sesungguhnya tiada akan menderita baik kelaparan maupun telanjang diri, tidak pula engkau akan dahaga atau ditimpa terik matahari di dalamnya” (QS. Thaha [20]: 118-119).

Itulah kedudukan yang diberikan oleh Allah Swt kepada Adam, lalu bagaimana setelah Adam melupakan janjinya? Adam menemukan apa yang layak ditemukannya. Al-Qur’an menginformasikan:

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai batas waktu yang ditentukan” (QS. al-Baqarah [2]:36).

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...