Asma al-Husna : al-Muqiit ; Asma al-Husna : al-Muqtadir
Al-Muqiit juga dikatakan al-Hafiizh, artinya
memelihara atau menjaga, dan berarti yang memberi makan (dari kata Qatahu dan
Aqatahu). Seperti disebutkan dalam hadis Nabi saw:
Cukup kiranya seseorang mendapat dosa bila ia melalaikan
orang yang biasa diberi makan (man yaquut); dan ada riwayat lain yang
menyebutkan (man yaqiit).
Allah Swt menjadikan jenis makanan dan minuman para
hamba-Nya berlainan satu sama lain, dan berlainan pula sifat-sifatnya. Semua
jenis makanan dan minuman jelas tidak sama untuk keturunan Adam dengan hewan.
Allah juga menetapkan bahwa makanan para malaikat adalah ketaatan dan tasbih;
sedangkan makanan ruh-ruh adalah ma’ani
(makna), makrifat dan akal.
Melalui akal, tercipta ketertiban dan keindahan. Berkenaan
dengan hal ini, sebuah kisah tentang malaikat Jibril yang mendatangi Adam
seraya berkata: “Kali ini kedatanganku membawa tiga perkara, pilihlah salah
satu dri ketiganya”. Jawab Adam: “Apakah tiga perkara itu, wahai Jibril?” Pertama;
akal, kedua; agama, dan ketiga; malu”. Nabi Adam pun memilih
“Pilihanku adalah akal”. Lalu Jibril berkata pada agama dan malu: “Pergilah
kamu berdua, karena Adam telah memilih akal”. Keduanya lalu menjawab: “Kami
berdua mendapat perintah untuk mendampingi akal di mana saja ia berada”.
Dapat dikatakan bahwa tiadalah Allah Swt, menciptakan
sesuatu yang lebih mulia dari akal dan tidak perbandingan yang lebih indah dan
lebih sempurna bagi orang yang memperolehnya.
Perlu kiranya Anda mengetahui bahwa apabila Allah berkenan
menyibukkan seorang hamba berlaku taat kepada-Nya, maka Allah menakdirkan orang
lain condong untuk berkhidmat kepada hamba tadi. Dan, apabila Allah berkenan
menyibukkan seorang hamba, yang hanya tahu mengikuti keinginan syahwatnya dan
berhasil atas segala yang dicita-citakan, maka hamba tadi diserahkan pada “daya
dan kekuatan dirinya”. Tengoklah Nabi Adam! Bagaimana ia didudukkan, ia berada
di tempat yang terpelihara dan dicukupi segala-galanya, kediamannya di
surga-Nya, lalu Allah berfirman:
“Sesungguhnya tiada akan menderita baik kelaparan maupun
telanjang diri, tidak pula engkau akan dahaga atau ditimpa terik matahari di
dalamnya” (QS. Thaha [20]: 118-119).
Itulah kedudukan yang diberikan oleh Allah Swt kepada Adam,
lalu bagaimana setelah Adam melupakan janjinya? Adam menemukan apa yang layak
ditemukannya. Al-Qur’an menginformasikan:
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu
dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu!
Sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain, dan bagi kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai batas waktu yang ditentukan”
(QS. al-Baqarah [2]:36).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar