Kamis, 05 Juli 2012

(37) Asma al-Husna : al-'Aliy ; (38) Asma al-Husna : al-Kabiir


Asma al-Husna : al-'Aliy ;  Asma al-Husna : al-Kabiir



(37 al-'Aliy (Yang Maha Tinggi) ; 



(38) al-Kabiir (Yang Maha Besar)

Ketinggian Allah Swt bukan ketinggian arah atau jarak, dan bukan pula kebesaran-Nya merupakan kebesaran bentuk tubuh. Maha Suci Allah dari anggapan yang demikian. Ketinggian bagi-Nya adalah kelayakan-Nya, layak bagi sifat kebesaran dan keagungan-Nya. Maka, tafsir uraian ini adalah Dia senantiasa meninggi dengan suatu ketinggian dan tidak dapat untuk menyifati pada-Nya dengan besar, membesar atau bertambah besar.

Dari ketinggian dan kebesaran-Nya Swt tidak akan menambah pujian para hamba kepada-Nya, baik dengan membesar-besarkan maupun dengan menagung-agungkan-Nya; bahkan hanya mereka yang memperoleh taufikdaripada-Nya saja yang dapat membesarkan dan mengagungkan. Maka siapa yang sudah mengenal ketinggian dan keagungan-Nya selayaknya ber-tawadhu’, merendahkan diri di antara kedua tangan-Nya dan di hadapan para shalihin. Jika dilakukan oleh si hamba, keharusan bagi Allah untuk mengangkat derajatnya.

Dikisahkan, bahwa Allah Swt mewahyukan kepada Nabi Musa agar datang ke sebuah bukit guna diajak berbicara. Setiap bukit pamer, membesar dan meninggi, dengan maksud agar ditempatnyalah percakapan itu dilakukan. Dari sekian banyak bukit, hanya Thurshina saja yang tidak mau pamer, ia mengecilkan diri seraya berkata: “layakkah diriku dijadikan tempat berpijak tumit kaki Musa di saat munajat?” Maka Allah mewahyukan kepada Musa untuk datang ke Thursina, karena sikapnya yang merendahkan diri itu.

Hakikat dari sikap tawadhu adalah menerima kebenaran dari siapa saja yang mengucapkan. Sebaliknya, takabur adalah sifat mengingkari kebenaran. Dalam hal ini Allah berfirman: Dan apabila dikatakan kepadanya: ‘Bertawakalah kepada Allah!” Bangkitlah kebanggaannya untuk berbuat dosa” (  QS. al-Baqarah [2]: 206); juga firman-Nya: “Karena sesungguhnya apabila dikatakan kepada mereka bahwa: “Tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah’, mereka menyombongkan dirinya” (QS. al-Shaffat [37]: 35).

Konon diceritakan, bahwa ada seorang berkata kepada Malik ibn Fudhul: “Bertawakalah Anda kepada Allah!”, serta merta ia merendah sambil menempelkan pipinya di atas tanah, lalu jawabnya: “Aku dengar dan aku taati”.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...