Rabu, 04 Juli 2012

(35) Asma al-Husna : al-Ghafuur ; (36) Asma al-Husna : al-Syakuur


Asma al-Husna : al-Ghafuur ;  Asma al-Husna : al-Syakuur



(35) al-Ghafuur (Yang Maha Pengampun) ; 



(37) al-Syakuur (Yang Maha Mensyukuri)

Mengenai maghfirah, dalam nama al-Ghaffaar telah diuraikan sebelumnya. Dalam al-Qur’an nama Allah al-Syakuur disebutkan dan merupakan arti mubalaghah dari al-Syaakir. Sedangkan al-Syaakir adalah nama bagi yang mempunyai syukur.

Menurut ahli kebenaran, syukur merupakan kesadaran akan nikmat dengan jalan tunduk berendah diri. Allah memberi nama pada dirinya dengan syukur, yang berarti bahwa Allah membalas mereka yang bersyukur kepada-Nya. Dengan pengertian yang sama, lewat nama-Nya ini berarti Dia akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Allah Swt berfirman: “Balasan bagi sau kejahatan adalah kejahatan yang setimpal” (QS. al-Syura [42]: 40)

Menurutku (Imam al-Qusyairi), “Pilihan yang aku setujui ialah ‘Hakikat syukur itu adalah pujian bagi yang berbuat baik dengan menyebut akan kebaikannya”. Maka Allah Swt adalah Maha Syukur, berarti pujian-Nya atas hamba-Nya tidak terhitung. Melimpahkan syukur itu adalah sifat-Nya dan Dia-lah pemberi pahala yang tidak terbilang, sekalipun ketaatan hamba-Nya tidak seberapa memadai. Lebih jelas lagi kiranya kalau Anda memahami keterangan berikut ini:

Dikatakan,binatang ternak bersifat syukur manakala binatang itu gemuk, karena hanya memakan sedikit rerumputan saja; dan tumbuh-tumbuhan bersifat syukur manakala tumbuhan itu tumbuh dengan segar, karena siraman air yang sedikit

Diceritakan mengenai seorang yang telah wafat di mimpikan oleh rekannya. Rekan itu bertanya: “Apa yang dilakukan Allah pada dirimu? Jawab si mati: “Aku ditampilkan menghadap antara kedua tangan-Nya. Lalu Allah Swt berfirman: “Mengapa engkau begitu takut kepada-Ku, tidakkah engkau ketahui bahwa Aku ini adalah Kariim (Dermawan)?”

Mereka yang sudah mengenal bahwa Dia adalah al-Syakuur, hendaknya bersungguh-sungguh dalam bersyukur kepada-Nya; tidak pernah berhenti sesaat pun untuk memuji-Nya.

Cara bersyukur itu terbagi dalam beberapa bagian; [1] bersyukur dengan badan, yakni tidak sekalipun menggunakannya selain untuk taat kepada-Nya; [2] bersyukur dengan hati, yakni menyibukkan hati hanya dengan berzikir dan makrifat kepada-Nya; [3] bersyukur dengan lisan, yakni tidak pernah menggunakan lisan, selain hanya untuk memuji-Nya; dan [4] bersyukur dengan harta kekayaan, yakni tidak pernah menggunakan harta untuk nafkah yang tidak diridhai dan dicintai oleh-Nya.

Syukur berarti juga tidak mempergunakan nikmat yang diberikan oleh Allah untuk bermaksiat. Dan tanda syukur adalah bertambahnya pemberian nikmat-Nya, sebagaimana firman Allah Swt: “Jika kamu bersyukur pasti akan Aku tambahkan untukmu” (QS. Ibrahim [14]: 7).

Para arif mengomentari ayat: “Hanya sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang bersyukur” (QS. Saba’ [34] :13), sebagai berikut:

Ayat di atas menerangkan bahwa sedikit sekali orang yang dapat menyaksikan bahwa nikmat itu datang dari Allah; hakikat syukur itu adalah kegaiban dari menyaksikan nikmat karena penyaksian kepada Maha Pemberi Nikmat.  

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...