Rabu, 04 Juli 2012

(34) Asma al-Husna : al-'Azhiim


Asma al-Husna : al-'Azhiim




(34) al-'Azhiim (Yang Maha Agung)

Bagi ahli kebenaran (ahl al-tahqiiq), arti sifat ini kembali kepada kelayakan-Nya, Maha Suci Allah yang memiliki sifat al-‘Uluu (ketinggian martabat). Al-Majdu (kemuliaan), Rif’at al-Qadr (ketinggian nilai), dan al-‘Azhiim (Yang Maha Agung). Oleh karena itu, jangan sekali-kali mengartikan “agung atau besar” dari asma-Nya ini dipersonifikasikan sebagaimana dalam bahasa manusia.

Sifat-sifat ketinggian merupakan sifat yang sangat layak disandang-Nya; termasuk sifat-sifat qidaam, wahdaniyah, menyendiri dengan qudrat, mengadakan dan mewujudkan ilmu-Nya yang meliputi seluruh yang dikehendaki-Nya; liputan qudrat-Nya atas semua atas semua takdir-Nya; pencapaian pendengaran dan penglihatan-Nya atas seluruh yang dapat didengar dan dilihat. Maha Kaya, tiada membutuhkan para pembantu dan penolong. Taqdiis-Nya dari ruang dan waktu, dan Maha Suci zat-Nya dari menerima yang baru (lawan qadim).

Diceritakan bahwa sebagian guru telah ditanya perihal kebesaran Allah Swt. Dijawab: “Bagaimana pendapatmu mengenai orang yang berada di sisi-Nya, seorang malaikat yang bernama Jibril as. yang ditubuhnya ada enam ratus sayap, yang andaikan dihamparkan sayapnya dapat menutupi dua tepi langit (ufuk)? Tentu saja, kalau kita benar-benar mengenal qudrat-Nya, maka kita tidak akan terkagum-kagum dengan proses penciptaan demikian itu. Melainkan bila Dia berkehendak untuk menciptakan dalam sekejap mata seribu kali seribu alam semesta, tidak ada kesulitan sama sekali bagi-Nya. Apalagi hanya menciptakan seekor kepinding tentu lebih mudah dari penciptaan alam semesta, bukan? Nah, untuk menciptakan malaikat Jibril, Dia tidak akan pernah merasa kesulitan”.

Tersebutlah dalam sebuah kabar, seorang malaikat mengajukan permohonan kepada Allah dengan ucapan: “Ya Tuhan, aku ingin melihat seluruh arasy, maka aku mohon kepada-Mu berilah aku kekuatan hingga aku dapat melayang mencapai ketinggian arasy!” Kemudian Allah menciptakan baginya tiga puluh ribu sayap; terbanglah malaikat itu selama tiga puluh ribu tahun. Akan tetapi belum satu pasak pun selesai dikitari. Akhirnya malaikat itu mohon untuk dikembalikan ke tempat asalnya.

Konon Nabi Sulaiman as. pernah memohon kepada Allah Swt untuk menjamu binatang-binatang yang ada di sekitar tempat itu. Allah mengijinkan keinginan Nabi-Nya ini. Ia pun sibuk berhari-hari mempersiapkan jamuan yang akan dihidangkan; Allah mengutus seekor ikan laut untuk mendatangi persiapan itu, setelah ikan itu datang, habislah persiapan jamuan itu ditelan olehnya, bahkan ikan itu minta tambah lagi. Nabi Sulaiman menegur: “Apakah kebiasaanmu makan sebanyak ini?” Ikan itu menjawab: “Setiap hari saya makan sebanyak tiga kali dari yang saya makan sekarang ini!” Alangkah baiknya kalau Anda tidak menjamu saya dan Allah tidak mengutus saya kepada Anda.

Nabi Musa as. pernah berkeinginan untuk melihat ikan laut yang terbesar di dunia. Allah menyuruhnya berdiri di tepi laut. Tidak lama naiklah seekor ikan dipermukaan laut hingga mencapai ketinggian langit, dan selama tiga hari belum selesai tubuhnya terangkat. Nabi Musa berkata: “Ya Tuhanku, adakah sesuatu yang semacam ini?” Maka dijawab oleh Allah: “Yang semacam ini dapat makan ribuan kali yang semacam ini”. Kemudian Allah Swt berfirman:

Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri (QS. al-Muddatstsir [74]: 31).

Kemudian yang lebih besar lagi dari semua yang disebutkan di atas adalah “kemauan keras” yang terpendam dalam hati para arifin. Yakni keinginan “melihat”-Nya, yang berarti melebihi keinginan para Nabi melihat makhluk terbesar ciptaan Allah.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...