Asma al-Husna : al-Haliim
(33) al-Haliim (Yang Maha Penyantun)
Makna asma Allah al-Haliim adalah yang dapat
mengundurkan atau menunda balasan-Nya terhadap orang yang sepatutnya menerima.
Dan ini merupakan sifat perbuatan yang disifatkan kepada-Nya semenjak masa azali.
Para ahli kebenaran (ahl al-haq)
berkata: “Al-Haliim Allah Swt adalah iradat-Nya untuk menangguhkan
balasan siksa-Nya”. Ini berarti sifat zat-Nya. Dan Dia bersifat al-Haliim
secara terus-menerus, maka balasan siksa-Nya diundurkan pada sebagian orang
yang seharusnya layak untuk menerima siksa; adakalanya pula langsung
memberlakukan siksa-Nya; adakalanya pula memaafkan. Semuanya itu adalah
persoalan yang sudah ditetapkan sejak awal dan bergantung sepenuhnya pada
iradat dan ilmu-Nya.
Dihikayatkan, bahwa Nabi Ibrahim – salam sejahtera atasnya –
ketika melihat alam kerajaan langit dan bumi, ia melihat seorang tengah
melakukan maksiat; serta merta ia berdoa: “Ya Allah, binasakanlah dia!”
Langsung pula Allah membinasakannya. Kemudian melihat lagi kejadian serupa. Ia
pun langsung berdoa dan Allah pun mengabulkan doanya. Kejadian itu berlangsung
sampai empat kali. Kemudian Allah mewahyukan: “Berhentilah, hai Ibrahim!
Andaikan Kami membinasakan setiap orang yang berbuat maksiat yang engkau lihat,
niscaya tidak seorang makhluk pun yang tersisa, tetapi Haliim-Ku tidak
akan menyiksa mereka dengan dua pilihan; mereka bertobat atau mereka terus
melakukan maksiat. Namun yang jelas, tidak satu pun yang luput dari Haliim-Ku.
Di antara ke-Haliim-an Allah Swt, bahwa Dia tidak
akan membangkitkan amarahnya terhadap pembangkangan yang dilakukan para ahli
maksiat, dan tidak akan mempercepat balasan siksa-Nya karena orang-orang mukmin
terus-menerus terjerumus dalam pelanggaran. Dia tetap berlaku Haliim,
sekalipun seorang jahil menyangka bahwa Dia tidak mengetahui. Karena Haliim-Nya
pula Dia menutupi sehingga seorang buta beranggapan bahwa ia tiada
melihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar