Selasa, 03 Juli 2012

(32) Asma al-Husna : al-Khabiir


Asma al-Husna : al-Khabiir




(32) al-Khabiir (Yang Maha Mengetahui)

Dapat diartikan al-‘Aliim (Yang Maha Mengetahui); ini adalah sifat zat-Nya ‘Azza wa Jalla, dan dapat pula diartikan al-Mukhbir (Yang Memberi Kabar), kedua arti ini dapat diterapkan untuk Allah Swt.

Karena itu, siapa pun yang mengetahui bahwa Dia Maha Mengetahui terhadap ihwal dirinya, niscaya akan waspada dalam bertutur kata dan berbuat, serta penuh kepercayaan terhadap ikhtiar pilihannya. Ia yakin apa yang diperuntukkan bagi dirinya tidaklah akan luput, sedang apa yang dijauhkan dari dirinya tidak akan dapat dicapai. Sehingga ia pun melihat bahwa peristiwa-peristiwa datang dari Allah Swt. Dengan demikian akan mudah dan ringanlah segala persoalan.

Kebalikan dari yang demikian, siapa yang menghubungkan kejadian selain kepada al-Haq juga kepada makhluk, maka akan letihlah orang yang demikian itu untuk selama-lamanya.

Bila seorang hamba telah mengenal bahwa Allah Swt memonitor dirinya, sir dan rahasia pribadinya, serta Maha Mengetahui apa yang berada di dalam rongga dadanya, ini sudah cukup baginya. Ia tidak perlu bersusah payah memohon dan mengajukan kemauannya kepada-Nya, dengan menghadirkan kebutuhannya yang tersimpan dalam hati tanpa menyusun tutur kata dan ucapan lisan.

Dihikayatkan bahwa ada seorang datang menjumpai Abu Yazid sambil berkata: “Orang-orang sekarang ini sangat membutuhkan hujan; sudilah kiranya Anda berdoa kepada Allah Swt agar menurunkan hujan kepada kami!” Abu Yazid menjawab dengan serunya berkata: “Wahai kalian! Betulkan talang tempat cucuran air hujan!” Abu Yazid tidak berkata apa pun kecuali apa yang diserukannya atas. Tetapi belum selesai orang-orang membetulkan talang masing-masing hujan sudah turun dengan lebatnya.

Ada pula peristiwa lain, yakni seorang yang merenungkan dirinya sambil berkata: “Umurku sudah mencapai sekian dan sekian tahun, berarti sekian dan sekian bulan. Jadi jumlahnya sekian dan sekian hari, kalau begitu sudah sekian ribu kali kulewati. Andaikan aku tidak bertindak maksiat kecuali sekali dalam sehari, tentu neraca perbuatanku sekian dan sekian ribu kali maksiat, dan bagaimana kesudahannya? Sedangkan aku dalam setiap hari melakukan banyak sekali maksiat”. Kemudian ia pun menjerit dan langsung meninggal dunia.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...