Asma al-Husna : al-Khabiir
(32) al-Khabiir (Yang Maha Mengetahui)
Dapat diartikan al-‘Aliim (Yang Maha Mengetahui); ini
adalah sifat zat-Nya ‘Azza wa Jalla, dan dapat pula diartikan al-Mukhbir
(Yang Memberi Kabar), kedua arti ini dapat diterapkan untuk Allah Swt.
Karena itu, siapa pun yang mengetahui bahwa Dia Maha
Mengetahui terhadap ihwal dirinya, niscaya akan waspada dalam bertutur kata dan
berbuat, serta penuh kepercayaan terhadap ikhtiar pilihannya. Ia yakin apa yang
diperuntukkan bagi dirinya tidaklah akan luput, sedang apa yang dijauhkan dari
dirinya tidak akan dapat dicapai. Sehingga ia pun melihat bahwa
peristiwa-peristiwa datang dari Allah Swt. Dengan demikian akan mudah dan
ringanlah segala persoalan.
Kebalikan dari yang demikian, siapa yang menghubungkan
kejadian selain kepada al-Haq juga kepada makhluk, maka akan letihlah orang
yang demikian itu untuk selama-lamanya.
Bila seorang hamba telah mengenal bahwa Allah Swt memonitor
dirinya, sir dan rahasia pribadinya, serta Maha Mengetahui apa yang berada di
dalam rongga dadanya, ini sudah cukup baginya. Ia tidak perlu bersusah payah
memohon dan mengajukan kemauannya kepada-Nya, dengan menghadirkan kebutuhannya
yang tersimpan dalam hati tanpa menyusun tutur kata dan ucapan lisan.
Dihikayatkan bahwa ada seorang datang menjumpai Abu Yazid
sambil berkata: “Orang-orang sekarang ini sangat membutuhkan hujan; sudilah
kiranya Anda berdoa kepada Allah Swt agar menurunkan hujan kepada kami!” Abu
Yazid menjawab dengan serunya berkata: “Wahai kalian! Betulkan talang tempat
cucuran air hujan!” Abu Yazid tidak berkata apa pun kecuali apa yang
diserukannya atas. Tetapi belum selesai orang-orang membetulkan talang
masing-masing hujan sudah turun dengan lebatnya.
Ada
pula peristiwa lain, yakni seorang yang merenungkan dirinya sambil berkata:
“Umurku sudah mencapai sekian dan sekian tahun, berarti sekian dan sekian
bulan. Jadi jumlahnya sekian dan sekian hari, kalau begitu sudah sekian ribu
kali kulewati. Andaikan aku tidak bertindak maksiat kecuali sekali dalam
sehari, tentu neraca perbuatanku sekian dan sekian ribu kali maksiat, dan
bagaimana kesudahannya? Sedangkan aku dalam setiap hari melakukan banyak sekali
maksiat”. Kemudian ia pun menjerit dan langsung meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar