Asma al-Husna : al-Khaaliq
(12) al-Khaaliq (Yang Maha Pencipta)
Dunia dan kita sama-sama memerlukan Khaaliq atau Pencipta
-- Syekh Abdul Qadir al-Jilani –
Makna yang tepat dari asma Allah al-Khaaliq adalah
Pencipta bagi sesuatu yang baru; dan ini senada dengan al-Mubdi’ (akan
diuraikan di belakang).
Juga, Al-Khalqu (Pencipta) mengandung makna al-Taqdiir
(Yang menakdirkan) atau al-Tashwiir (Yang membentuk), seperti yang
disebutkan dalam firman-Nya:
Dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah
(suatu bentuk) yang berupa burung (QS. Al-Ma’idah [5]: 110).
Mereka yang sudah mengenal asma Allah al-Khaaliq, akan
memandang betapa teratur dan indah ciptaan-Nya. Dan ini akan memunculkan dalam
hatinya suatu rasa kagum atas kearifan dan kebijaksanaan Allah Yang Maha Suci.
Dia Yang Maha Suci dalam karya-Nya, sehingga si hamba pun sadar bahwa dirinya
diciptakan oleh-Nya yang dimulai dari nuthfah (sperma) kemudian disempurnakan
hingga menjadi manusia dengan susunan tubuh yang sangat teratur dan indah.
Karena itu, Allah perintahkan:
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik
(QS. Al-Mu’minuun [23]: 14).
Seorang sufi menuturkan pengalamannya dalam perjalanan
bersama al-Syibli:
Aku berjalan bersama al-Syibli, ia baru saja membeli
sepotong kain untuk saputangan. Dalam perjalanan itu ia melihat bangkai anjing,
lalu ia berkata kepadaku: “Pakaikan kain ini untuk mengafaninya, kemudia
kuburkan!” Aku pun mengangkat bangkai anjing itu dan kuletakkan di suatu tempat
dan kain itu kubersihkan. Aku kembali dan ia menanyakan: “Sudahkah Anda laksanakan
sebagaimana kuperintahkan?” Aku jawab: “Tidak!” – Anjing itu memang tidak
kukubur. Ia diam saja, dan aku balik bertanya: “Apa sebab Anda memerintahkan
kepadaku untuk mengubur bangkai anjing tersebut?” Ia menjawab: “Terus terang, pertama
kali aku melihat bangkai anjing itu, aku merasa sangat jijik. Namun, tiba-tiba
terdengar suara dari sirr-ku, ‘Bukankah Kami yang menciptakan itu?’ Itulah
sebabnya aku perintahkan Anda menguburkan bangkai tersebut, sebagai kafarat
atau denda terhadap perasaan negatif yang terlintas di hati dan pikiranku.”
Di dalam berita musnad dilaporkan, bahwa Nabi saw bersabda:
“Semoga Allah merahmati saudaraku Nuh a.s. yang nama asalnya adalah Yasykur,
namu karena sering menangisi kesalahannya; Allah Swt mewahyukan kepadanya: “
Karena rintihanmu jua, maka namamu kuganti Nuh”.
Sahabat bertanya: “Kesalahan apa yang menyebabkan tangis
yang berkepanjangan itu?” Rasulullah menjawab: “Penyebabnya adalah pada suatu
perjalanan, Nabi Nuh melihat seekor anjing, maka terbersit dalam hatinya, ‘Alangkah
jelek anjing ini’ Lalu Allah mewahyukan: ‘Cobalah engkau ciptakan yang lebih
baik dari itu!’”
Note:
Al-Khaliq; Yang Maha Pencipta. Kata ini terambil dari
akar kata ‘khalq’ yang berarti mengukur atau memperhalus.
Maknanya kemudian meluas menjadi, antara lain, menciptakan dari tiada,
menciptakan tanpa contoh terlebih dahulu, mengatur, membuat, dan
sebagainya. Dalam al-Qur’an, penerapan kata ini kita jumpai misalnya, “Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang [berbentuk]
lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS. Al-Mu’minun [23]:
14); Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar (QS.
Al-An’am [6]: 73); Diantara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah bahwa Dia
menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu (QS. Al-Rum [30]: 21).
Di sini kata khalaqa bermakna menjadikan.
Kata khalaqa di ayat-ayat lain berarti ‘menciptakan
sesuatu tanpa contoh terlebih dahulu’, ‘pengaturan yang sangat teliti
berdasarkan ukuran-ukuran tertentu’. Khalqu al-samaawaati wa al-ardhi,
‘menciptakan sesuatu tanpa contoh terlebih dahulu’, ‘pengaturan yang sangat
teliti berdasarkan ukuran-ukuran tertentu bagi peredaran benda-benda langit dan
bumi’ – penerj.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar