Senin, 25 Juni 2012

(11) Asma al-husna: al-Mutakabbir


Asma al-husna: al-Mutakabbir





(11) al-Mutakabbir (Yang Memiliki Kebesaran)

Pakar bahasa berpendapat bahwa kata mutakabbir berarti Yang Maha Besar, karena menurut mereka huruf ta’ dalam bahasa Arab biasanya disisipkan pada kata, maka ia mengandung makna takalluf (kesengajaan membuat-buat), sedang Allah Swt Maha Suci dari sifat kesengajaan mebuat-buat kebesaran. Untuk apa Allah bertakallauf atau membuat-buat kebesaran, padahal pada hakikatnya Dia Maha Besar lagi Maha Agung, serta menyandang kibriyaa’ dan ‘azhamah, sebagaimana dalam Hadis Qudsi disebutkan:

Sifat Kibriya (Kebesaran) itu adalah selendang-Ku dan sifat ’Azhamah (Keagungan) itu adalah sarung-Ku. Maka barang siapa mencabutnya dari-Ku, niscaya Aku akan memperkarakannya, dan Aku tidak perduli (HR. Ibnu Majah via Ibn Abbas).

Dengan demikian, sebagai makhluk-Nya, kita tidak boleh takabur karena perbuatan ini amat tercela, apalagi kita ini serba kekurangan. Jika ada juga manusia yang nekat takabur, sebenarnya ia membebani dirinya secara paksa, karena memaksakan diri dengan sifat yang tidak layak baginya.

Mereka yang sudah mengenal ketinggian Yang Maha Suci, niscaya akan hidup dalam ketawadhu’an dan dengan senang hati merasa dirinya hina. Seorang penyair berkata:

Telah mencabik tabir sirr-nya, siapa yang melampaui kemampuannya.

Ketahuilah! Seorang fakir dengan pakaian buruk lebih baik daripada memakai pakaian indah dan bagus tetapi milik orang lain. Tidak ada sifat yang lebih indah bagi para pelayan selain bertawadhu’ di hadapan tuan-tuannya yang terhormat.

Yahya ibn Mu’adz pernah ditanya tentang al-Mahabbah (kecintaan). Ia menjawab:

Kecintaan itu tidak bertambah karena kebaikan,
Juga, tidak akan berkurang karena penolakan.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...