Kamis, 14 Juni 2012

(2) Asma al-Husna : Laa Ilaaha Illallaah

Asma al-Husna : Laa Ilaaha illallaah

(2) Laa Ilaaha illallaah (Tiada Tuhan Selain Allah)

Dari Mu’a — r.a. berkata, Rasullullah Saw. Bersabda, “Barang siapa yang akhir perkataannya: Laa ilaaha illa Allaah (tidak ada Tuhan selain Allah), maka ia masuk surga” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim, dan mengatakan isnad hadis ini sahih).

Di Hadis lain, Nabi Swa. Bersabda:

“Laa ilaaha illa Allaah (tidak ada Tuhan selain Allah) adalah kunci surga”.

Hakikat seorang hamba yang mengucapkan laa ilaaha illa Allaah adalah ucapan yang diikuti hatinya, sebagaimana disebutkan dalam Hadis: “Siapa mengucapkan laa ilaaha illa Allaah dengan tulus ikhlas, niscaya ia masuk surga”, yakni apabila ia seorang yang arif (yang bermakrifat denagn Tuhannya). Setiap orang yang memahami dan membaca kalimat ini dengan hati yang ikhlas, diharapkan kematiannya pun dalam keadaan yang ikhlas pula.

Ahli isyarat mengatakan: “Jika seseorang dengan ikhlas mengucapkan (kalimat itu), maka berhaklah ia dengan surga-Nya”.

Firman Allah: “Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya, tersedia dua surga” (QS. Al-Rahman [55]: 46). Maksudnya, surga yang disegerakan, berupa kelezatan taat dan munajat, kemanisan iman, kemesraan dan keramahan, dan berbagai ungkapan lainnya. Dan surga yang kemudian, berupa tempat peristirahatan abadi dan ketinggian derajat.

Sebagian guru tasawuf memaknai Laa ilaaha illa Allaah sebagai menafikan atau meniadakan apa pun yang mustahil kejadiannya dan menetapkan apa pun yang mustahil lenyapnya. Di kalangan sufi, ada yang berkata kepada rekannya: “Mengapa Anda mengucapkan Allah, Allah, dan tidak mengucapkan Laa ilaaha illa Allaah?” Rekannya menjawab: “Aku tidak ingin menafikan pada-Nya satu lawan”. Rekannya itu menimpali: “Berilah kepada kami yang lebih dari itu?” Jawabnya: “Tidak ada sedikit pun terlintas di lidahku kalimat pengingkaran”.

Di lain kesempatan terjadi dialog antara al-Syibli dengan rekannya sesama sufi: “Kami menginginkan yang lebih tinggi dari yang ini”. Rekannya menjawab dengan mengutip al-Qur’an; Katakanlah: “Allah saja, kemudian biarkan mereka” (QS. Al-An’am [6]:91). Jawaban ini diucapkan dengan teriakan yang disertai dengan keluar ruh (kematian)-nya. Keluarga rekan al-Syibli tidak terima dengan kematian itu, karena menganggapnya tidak wajar. Mereka menuntut al-Syibli ke hadapan Khalifah agar soal kematian ini diselesaikan secara hukum. Khalifah lalu memanggil al-Syibli dan memerintahkan kepada seorang pengawal untuk menginterogasinya.

Al-Syibli dengan tenang menjawab: “Itulah ruh yang saling merindukan dan penuh harap (untuk bertemu dengan-Nya)… lalu ia pun terpanggil… dan panggilan itu diterima; lantas apa kesalahanku?” Di balik dinding, Khalifah berteriak: “Lepaskan dia! Bebaskan dia! Tidak ada kesalahan apa pun yang dilakukannya”.

<===  To Be Continued  ===>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...