Rabu, 27 Juni 2012

(18) Asma al-Husna : al-Razaaq


Asma al-Husna :  al-Razaaq




(18)  al-Razaaq (Maha Pemberi Rezeki)

Al-Razzaaq merupakan muballaghah (menyatakan berlebih-lebihan) dari al-Raaziq. Dialah pemberi rezeki, yakni segala sesuatu yang dapat memberi manfaat pada zatnya; juga dapat diartikan apa saja yang tersedia dan siap untuk dimanfaatkan.

Pernah ditanyakan kepada seorang sufi: “Dari mana Anda memperoleh makanan?” Jawabnya: “Semenjak aku mengenal Penciptaku, tidak pernah aku ragu dengan rezeki-Nya”.

Seseorang bertanya kepada Hatim al-Asham: “Dari mana Anda memperoleh makanan?” Ia menjawab: “Cukuplah kiranya bagi pengetahuan Anda, bahwa roti itu tiba dari langit”. Ada lagi yang menanyakan tentang makanan, lalu dijawab: “Dari Khazanah Paduka Raja yang tidak dapat dimasuki pencuri-pencuri dan tidak pula dimakan oleh rayap”.

Ketahuilah! Jika Allah Swt mengkhususkan bagi orang-orang kaya berbagai bentuk rezeki, dan mengkhususkan bagi fakir miskin dengan penyaksian Maha Pemberi Rezeki. Maka siapa yang memperoleh kebahagiaan dengan penyaksian al-Razzaaq, niscaya tidak satu pun dapat mencelakakan dirinya dari hal rezeki. Barangsiapa sudah mengenal bahwa Dialah al-Razzaaq, niscaya akan mengembalikan segalanya kepada Allah, baik banyak maupun sedikit yang bisa diperoleh. Karena ia sudah mengetahui bahwa tidak ada bagi-Nya sekutu dalam pemberian sebagaimana ketiadaan sekutu dalam penciptaan.

Dikisahkan bahwa Nabi Musa as, berkata dalam munajatnya: “Ilahi! Adakalanya aku dihadang oleh kebutuhan yang tidak berarti; apakah yang demikian itu aku mintakan juga kepada-Mu atau kepada selain-Mu?” Tuhan pun menjawab: “Jangan sekali-kali engkau memohon kepada selain-Ku, walaupun garam untuk adonan tepung atau rumput makanan ternakmu”. Setelah itu Nabi Musa selalu meminta baik yang banyak maupun yang sedikit, bahkan permohonan berupa:

Ya Tuhanku! Tampakkanlah diri-Mu agar aku dapat melihat-Mu (QS. al-A’raaf [7]: 143).

Atau dalam ayat yang lain:

Ya Tuhan! Sesungguhnya aku memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku (QS. al-Qashash [28]: 24).

Diceritakan bahwa al-Syibli telah menulis surat yang ditujukan kepada hartawan. Isinya: “Hendaknya Anda kirimkan kepada kami sebagian dari harta kekayaan duniamu”. Para hartawan itu menjawab: “Hendaklah engkau minta kepada Maulamu (pelindungmu)”. Al-Syibli membalas jawaban hartawan itu: “Dunia ini hina, engkau pun hina pula; memang sudah sepantasnya kalau  yang hina aku minta dari yang hina, dan aku tidak memohon dari maula selain maula-Nya”.

Ketahuilah bahwa Allah Swt menganugerahi rezeki kepada para arwah, juga kepada sir-sir, sebagaimana Dia menganugerahkan kepada bayangan-bayangan dan segala yang lahir. Sedangkan rezeki itu ada yang merupakan makrifat, ada pula yang merupakan ungkapan. Dia pula yang berkenan melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi suatu kaum dan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya tanpa sebab, sebagaimana halnya rezeki tubuh.

<===  To Be Continued  ===>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlangganan via E-mail

Subscribe Here

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...