Asma al-Husna : al-Wahhaab
(17) al-Wahhaab (Yang Maha Pemberi)
Termasuk juga nama-nama-Nya adalah al-Waahib dan al-Wahhaab.
Al-Waahib artinya memberi, sedang al-Wahhaab adalah yang sangat
pemberi, dan ini termasuk sifat perbuatan.
Kelembutan pemberian dan karunia allah Swt itu sangatlah
banyak. Dia memberi sebelum diminta, dan melimpahkan ketentuan kemurahan dan
karunia-Nya.
Nabi Musa pernah berkata, “Ya Tuhan! Sesungguhnya aku
melihat dalam Taurat ada suatu umat yang di rongga dada mereka terdapat
lampu-lampu yang menyala; siapakah mereka itu?” Allah berfirman: “Mereka itu
umat Muhammad”.
Setiap Nabi Musa menghitung-hitung sifat mereka yang
tersebut dalam Taurat, Allah menjawab dengan firman-Nya bahwa mereka itu adalah
umat Muhammad. Hal ini menyebabkan Musa merasa rindu untuk berjumpa dengan
mereka, dan Allah Swt menjawab: “Sesungguhnya engkau (Musa) tidak mungkin
dapat berjumpa mereka, tetapi bila engkau mau, niscaya Aku perdengarkan padamu
suara-suara mereka”. Kemudian Allah menyeru kepada umat Muhammad, sedangkan
mereka masih berada di sulbi-sulbi bapak mereka.
Mereka menyahut: “Labbaik, ya Tuhan kami!” Allah pun
melanjutkan firman-Nya: “Hai umat Muhammad! Aku telah menganugerahi kalian
dengan pemberian-pemberian sebelum kalian memohon kepada-Ku, dan Aku telah
mengampuni sebelum kalian memohon ampun kepada-Ku”.
Diceritakan, al-Syibli pernah bertanya kepada rekannya, Abu
‘Ali al-Tsiqafi: “Nama yang manakah dari nama-nama-Nya Swt yang amat sering
terucap oleh lisan Anda?” Rekan itu menjawab: “Nama al-Wahhaab”.
Mendengar jawaban rekannya itu al-Syibli berkomentar: “Pantas saja harta
kekayaanya melimpah”.
Di kalangan sufi ada yang berbagi pengalaman bahwa ia pernah
melihat orang tua dari pegunungan [Baduwi], sedang ber-thawaf dengan
telanjang sambil bersyair:
Tidak malukah Engkau wahai Pencipta semua makhluk,
Aku datang kepada-Mu dalam keadaan telanjang,
Sedang Engkau Maha Dermawan.
Seluruh anak babi Engkau beri rezeki,
Namun, Engkau tinggalkan aku
Orang tua yang bapaknya Tamim.
Baduwi tua itu kutegur: “Pantaskah engkau menegur Allah
dengan kata-kata demikian?” Baduwi itu pun menimpali: “Engkau tahu apa, jauhlah
dari sini! Aku lebih mengenal-Nya daripada kamu”. Tidak lama setelah itu,
datang seorang memakai jubah Khuz (jubah yang terbuat dari sutera dan
bulu) dengan gagah. Baduwi itu menghampiriku dan mengatakan: “Bukankah sudah
kukatakan tadi, bahwa aku lebih mengenal-Nya daripada kamu? Lihat! Aku telah
mencela-Nya, maka langsung saja Dia menganugerahi jubah Khuz padaku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar