(82) Al-Muntaqim (Yang Maha Pengancam)
Al-Intiqaam (pembalasan dengan siksa) berasal dari
kata al-niqmah, yang berarti klimaks ungkapan kebencian terhadap sesuatu
dengan diakhiri penyiksaan.
Firman-Nya:
“Wa maa naqamuu minhum”
Artinya: “Dan
mereka tidak menyiksa mereka (orang-orang mukmin)” (QS. al-Buruuj [85]: 8).
Dalam ayat lain disebutkan:
“Hal tanqimuuna minnaa”
Artinya: “Apakah
kamu memandang kami salah” (QS. al-Ma’idah [5]: 59).
Jadi intiqaam Allah Swt merupakan balasan siksa-Nya
kepada ahli maksiat, karena perbuatan mereka menimbulkan kebencian
Allah.Sedangkan kebencian dalam sifat berarti pencelaan terhadap yang berbuat
dan menimpakan siksa kepadanya. Kata tersebut tidak dapat diartikan gusar,
keterkejutan jiwa atau tertimpa kesusahan dan kepayahan, sebagaimana yang biasa
terjadi di kalangan manusia.
Allah Swt sangat murka apabila suatu pelanggaran mengenai
hak sesama makhluk, tetapi tidak demikian bila mengenai hak diri-Nya. siksa
ditimpakan kepada orang yang melanggar hak makhluk, bukan mengenai hak
diri-Nya.
Diriwayatkan dari Abu Darda ia berkata: “Adakalanya seorang
hamba dalam suasana aman sentosa, kemudian Allah Ta’ala – demi menguji dan
mencobanya – memerintahkan Malaikat Jibril agar mencabut suasana yang demikian
itu dari hatinya. Apabila si hamba merasa terkejut dan takut serta
menyadarinya, maka suasana sentosa itu akan dikembalikan lagi. Tetapi kalau si
hamba tidak mempedulikan apa yang dialaminya, maka akan ditambah dengan siksa.
Adakalanya seorang hamba memohon bantuan Allah setelah ia
melakukan pelanggaran dengan secepatnya, maka hamba itu pun memperoleh
perhatian-Nya sebelum ditimpa balasan siksa. Yang demikian ini berarti Allah
Swt membimbing si hamba pada pemeliharaan maghfirah-Nya dan disegerakan
pemberian maaf dengan kelembutan kebaikan-Nya.
<=== To Be Continued ===>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar